pages

January 12, 2012

Day 1: #15HariNgeblogFF


Halo, Siapa Namamu?

Sudah tiga kali enam puluh menit kulihat kamu terdiam bersama beberapa cangkir kopi pahit di depanmu. Tak lama, cangkir kelima datang menghampirimu. Masih sama, kopi pahit berwarna hitam. Kelam. Muram. Seperti wajahmu hari ini. Sesekali, kamu menggelengkan kepalamu dan kembali menenggak kopi pahit itu. Apa kamu tahu? Sepertinya kamu semakin tampan.

Tanpa kusadari, sudah tiga kali enam puluh menit pula pandanganku tak lepas darimu. Aku hanya bisa menghela nafas dalam-dalam, tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku terdiam memeluk lututku di atas kursi halte yang sedari tadi setia memberikanku teduh di cuaca yang tidak sejuk ini. Lalu lalang kendaraan seolah tenggelam dalam pusaran. Dan yang tersisa, hanya kamu… dan aku.

Di seberang jalan, sebuah warung kopi yang tak asing bagimu, juga bagiku. Sejak enam hari lalu atau mungkin lebih, kamu selalu menyempatkan untuk meminum secangkir kopi di sana, dengan binar mata bahagia, hangat. Kali ini, kamu masih membeku. Tak ada sedikitpun senyum, juga tawa, atau sekedar cakap bersama si empunya  warung, yang biasa kulihat setiap pagi. Kecuali pagi ini. Dan sepertinya, aku merindukan semua itu.

Apa? rindu? Aku mengutuk diriku sendiri. Ya, kenapa harus aku? kenapa harus kamu? Kenapa? Apa yang harus kulakukan?

Lagi-lagi, aku hanya bisa menghela nafas dalam. Seminggu sudah aku terdiam, hanya bisa menatapmu, dari seberang jalan, dari halte ini. Dan hari ini tepat hari ke-tujuh aku di sini. masih menatapmu. Tapi dengan rasa yang… berbeda. Jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya. Namun, aku harus memberanikan diriku. Ya, harus!

Kulangkahkan kakiku meski ragu. Ah, aku tidak mau! Tepatnya, aku tidak bisa melakukannya. Aku….
Tapi akhirnya, kumantapkan langkahku menuju warung kopi itu. Kukepalkan tanganku, mengusir gelisah yang tak berkesudahan. Keringat mengucur dipelipisku. Dan… tinggal beberapa langkah lagi, aku sampai, menemuimu.

‘Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit’
Bunyi klakson memecah kekacauan dalam pikiranku. Aku benar-benar tidak sanggup. Namun, sebuah tangan kekar menarikku. Kamu!

‘Kamu, tidak apa-apa?' tanyamu
 ‘A-aku… yah, terima kasih’ jawabku.

Aku sampai lupa dengan tujuanku. Aku semakin bingung, dan aku benar-benar bisa gila.
Aku terduduk di trotoar, tepat di depan warung kopi itu. Dan kamu? di sampingku. Menatapku, dengan binar bahagia yang sangat aku rindukan!

Dia menghela nafas, dalam, kemudian tersenyum.
‘Gadis halte… hmm… halo, siapa namamu?’

Aku menatap tidak percaya. Dengan gontai, pisau yang sudah ku siapkan seminggu ini terjatuh tepat di depannya. Dia hanya tersenyum, hangat. Sepertinya, aku memang benar-benar tidak bisa melakukannya.

No comments:

Post a Comment

buat yang komen, sampe ketemu di surga yak!